21.7 C
New York
Senin, September 8, 2025

Buy now

Air Mata Ibu Jadi Permata, Jalan Emas Anak, Kehidupan Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP I Made Parwita

Medan, PERTIWI NEWS – Di balik seragam cokelat dengan pangkat melati di pundaknya, tersimpan kisah panjang tentang air mata, doa, dan pengorbanan. AKBP I Made Parwita, kini menjabat Kasat Lantas Polrestabes Medan, bukanlah anak muda yang lahir dari kenyamanan. Ia ditempa oleh duka sejak muda, sekaligus dibesarkan oleh keteguhan seorang ibu.

Luka Awal, Kekuatan Baru

Anak kedua dari tiga bersaudara itu harus kehilangan ayah, almarhum I Made Wirta, di saat langkahnya baru hendak dimulai. Ia belum sempat mendaftar ke Akademi Kepolisian (Akpol), ketika takdir memaksanya berdiri hanya bersama ibunda tercinta, almarhum Ni Ketut Suarti.

Ni Ketut Suarti bukanlah perempuan dengan harta berlimpah. Ia adalah pedagang kerajinan Bali, yang sehari-hari berjuang dari hasil tangannya sendiri. Namun dari kesederhanaan itu, ia menganyam harapan besar untuk putranya. “Itu sangat sulit, ditinggal meninggal oleh ayah sebelum daftar Akpol. Persiapan selama mendaftar dibantu almarhum ibu, yang saat itu berstatus single parent,” kenang Parwita dengan suara bergetar.

“Doa seorang ibu adalah kompas hidup yang tak pernah salah arah.”

Jejak di Akademi

Meski penuh keterbatasan, tekad Parwita tak pernah padam. Ia menembus Akpol dan dinyatakan lulus pada 2009. Di akademi, ia bukan sekadar bertahan, melainkan membuktikan diri. Kepercayaan besar datang ketika ia dipilih menjadi Komandan Pasukan Korps Bali sejak tingkat satu hingga tingkat tiga.

Peran itu bukan hanya simbol kepemimpinan, melainkan juga cermin dari janji dalam hatinya: bahwa perjuangan ibunya tak boleh sia-sia. “Itu semua berkat doa ibu saya, termasuk saudara kandung saya. Apalagi ibu saya, seorang pedagang dan single parent, tetap berupaya mendukung hingga saya selesai pendidikan,” ujarnya.

Dari Jawa Timur ke Medan

Selepas pendidikan, Parwita memulai pengabdian di Polda Jawa Timur, lalu melanjutkan sekolah PTIK. Perjalanan karier membawanya ke Polda Gorontalo. Keteguhan dan prestasinya terus diakui, hingga ia menamatkan pendidikan Sespimmen dan kini menyandang pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Enam bulan terakhir, ia dipercaya memimpin satuan lalu lintas di Polrestabes Medan.

Kota yang padat dengan denyut kendaraan menjadi ladang pengabdiannya. Berbagai capaian ditorehkan, mulai dari rekayasa lalu lintas yang efektif mengurai kemacetan di inti kota, hingga pengungkapan sindikat pembuat SIM palsu.

“Hidup tidak menunggu keadaan sempurna, tetapi menjemput peluang dengan keberanian.”

Persembahan untuk Ibu

Di balik semua capaian itu, Parwita tak pernah melupakan satu hal: pengorbanan ibunya. Sang ibu mungkin sudah tiada, namun doa dan keteguhan hatinya tetap hidup dalam setiap langkah Parwita.

Baginya, mengabdi kepada negara adalah jalan mulia. Namun mengangkat derajat keluarga—terutama ibunda tercinta—adalah kemenangan sejati yang tak ternilai.

“Mengabdi pada negara adalah kehormatan, tetapi membahagiakan keluarga adalah kemuliaan.”

Kini, setiap kali Parwita berdiri di jalan raya, memimpin rekayasa lalu lintas atau menegakkan aturan, ia tahu: langkahnya adalah lanjutan dari doa ibunya. Air mata ibu telah menjadi permata di jalan emas bagi anaknya.(Salomo Simorangkir)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles